Untuk Diriku dan Orang Terdekatku
Tak
semudah membalikkan telapak tangan
Tak
semudah berjalan diatas tanah lapang
Bicara
tentang mimpi
Bicara
tentang masa depan, dan siapa kita dimasa depan?
Setelah sekian lama berhenti menulis, kini saya memulai lembaran baru
dengan wajah baru dan lebih optimis. Saya bukan lahir dari krberhasilan semata,
melainkan saya berjuang untuk mengejar dan terus berlari mencapai keberhasilan.
Singkat cerita
saat ini saya berada di kawah candra dimuka kampus Institut Pemerintahan Dalam
Negeri. ‘Praja’ itu panggilan bagi kami peserta didik di Ksatrian IPDN yang
tidak beda jauh dengan Taruna/Taruni di Akademi
lainnya. Kami sama-sama anak Negara yang dibiayai oleh Negara untuk
menjalani pendidikan dan siap mengabdi dengan seluruh jiwa raga pada Nusa dan
Bangsa.
Saya mengingat masa sebelum menjalani pendidikan di IPDN, masa-masa sulit dan penuh perjuangan.
Tatkala waktu itu saya ingin menjadi dokter, pada akhirnya saya hanya bisa
menelan ludah karena tak jua diterima. Kesana-kemari mencari sekolah yang
tepat, tapi apadaya orangtua saya hanya memberi dua pilihan yaitu D3 kesehatan
atau jadi POLISI. Berat memang, tapi sejak dulu saya selalu mengikuti
kenginginan orang tua. Mengingat kakak ketiga saya sangat membutuhkan biaya untuk menyelesaikan S1nya yang mudah-mudahan 1 tahun lagi selesai.
Karena keadaan, waktu itu saya bimbingan belajar di
mataram, banyak keadaan pahit yang saya temui. Mulai kehilangan sepeda motor
sampai saya harus berjuang sendiri tanpa rekan-rekan sejawat yang sudah masuk
di Perguruan Tinggi masing-masing. Itu bukan masalah buat orang yang percaya
bahwa Sukses itu tidak akan datang pada orang yang terus berusaha.
Berat memang, tapi ini kenyataan hidup yang harus
saya terima. Dengan nilai akademik yang lumayan bagus untuk sekolah di
Kedokteran harus menunda sementara cita-cita bisa sekolah disana. Pertimbangan biaya pendidikan yang tidak murah juga menanti jikalau lulus disana.
Sambil mengisi waktu terkadang orangtua saya
menjenguk saya dari seberang pulau untuk terus memotivasi saya. Terkadang saya mengantarkan
belanja, dan sesekali saya selalu bertemu dengan ‘Praja’ yang kala itu
berkampus di Mataram. Berwibawa, rapi, dan disiplin menjadi kesan awal saya
melihat mereka berjalan saat libur.
Begitulah cerita singkat saya sebelum masuk di IPDN,
sampai detik ini bulu roma saya selalu berdiri ketika mengingat masa-masa saat
tidak lulus kedokteran tapi Tuhan memberi saya kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan di IPDN. Setiap saat saya selalu mengucap syukur akan semua ini.
Kebahagian orangtua dan keluarga saya adalah kebahagian dan kebanggaan
tersendiri untuk saya.
Sejak saat itu pujian banyak datang kepada orangtua
saya, beliau terangkat derajatnya meskipun saya baru menjalankan pendidikan.
‘Tuhan’, Saya percaya Engkau selalu meberikan yang kami butuhkan bukan yang
kami inginkan.
Tuhan itu selalu mendengar dan melihat siapa yang
sungguh-sungguh dan berusaha mengejar impiannya, karena tiada kesuksesan tanpa
sebuah penderitaan sebelumnya, dan tiada penderitaan terus-menerus tanpa buah
keberhasilan.
Karena hidup adalah perjuangan yang harus dimenangkan, bukan karena hari ini indah maka kita bahagia, tetapi karena hari ini kita bahagia maka hari kita jauh lebih indah. Berani bermimpi dan sertakan Tuhan disetiap langkah kita.
Tulisan ini saya persembahkan untuk:
1.
Tuhan Yang Maha Esa
2.
Kedua orang tua selalu saya yakini doanya disetiap langkah saya
3. Ketiga saudara saya: Mba yuni, Kak Adi, Kak Wayan, dan Kak Ayu yang selalu ada memberi support
4. Keluarga besar dan orangtua angkat yang senantiasa berdoa untuk saya
5. Amrita, Mba devi dan Ibu serta Bapak
6. Para sahabat yang tidak pernah pergi disaat saya terjatuh
7. Untuk semuanya yang tersenyum membaca cerita singkat ini.
BHINEKA NARA EKA BHAKTI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar