Translate

Jumat, 29 Maret 2013

Lomba Menanam Jilid II





Menanti Bitek Muncul Ocra/Jamia

Hai, para pecinta lingkungan dimanapun anda berada. Sungguh senang bisa berbagi pengalaman berkebun kali ini. Sekedar info, tulisan ini adalah yang kedua kalinya. Why? Setelah musibah yang saya alami, yaitu laptop tempat penyimpanan semua data-data tulisan saya lenyap setelah terjatuh dan mengharuskan untuk di format. Cukup berat, tulisan pertama yang berjudul “ Berkebun di Kandang Roxy” hampir mulai rampung. Cobaan juga datang ketika peristiwa 221 lalu. Namun, semangat untuk menulis dan bercerita tak bisa dibendung. Hari ini, Jum’at tanggal 29 maret 2013 tepat pukul 09:43 Wita, dengan suasana sunyi sepi di sekolah mendobrak kemauan saya untuk menulis lagi. Saya persembahkan sebuah tulisan yang diadopsi dari cerita sebelumnya berjudul “ Menanti Bitek Muncul Ocra/Jamia untuk teman-teman pecinta lingkungan.

Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Untuk saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi telah banyak bermunculkan temuan-temuan jagung baru hasil dari persilangan ataupun pemanfaatan dibidang bioteknologi lainnya.

Beberapa daerah di Indonesia, lebih menggunakan jagung ketimbang beras sebagai kebutuhan pokok sehari-hari, selain murah, jagung juga memiliki struktur gula yang lebih baik daripada beras. Khususnya di kec. Utan kab. Sumbawa Besar, para petani padi beralih profesi sebagai petani jagung. Bahkan membuka lapak-lapak jagung di sepanjang jalan Utan-Rhee, selain ramai pengungjung rasa jagungnya pun juga begitu nikmat dan hangat sembari istirahat saat perjalan panjang yang melelahkan. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk menanam jagung, serta melihat tahap demi tahap proses pertumbuhannya hingga menghasilkan buah dengan kualitas no.1.


Januari 10, 2013
Dengan bahan yang telah diberikan yaitu 2 bibit jagung, 6 bibit bayam, dan 3 bibit ocra/jamia serta 2 buah polybag. Tak luput juga dari botol-botol bekas yang saya jadikan pengganti polybag sebagai media pembenihan. Satu tambahan lagi yang mungkin orang lain belum atau jarang menggunakannya, sebut saja ampas teh celup. Kedengarannya lucu, tapi bahan ini akan saya kombinasikan dengan bekas tanah pupuk yang sudah bertahun-tahun tidak dipakai.
Setelah persiapan matang, proses penanaman dimulai. Tidak lupa juga untuk mengikuti rule yang ditentukan sebagai acuan menanam bibit. Untuk bibit jagung saya tanam keduanya pada media botol bekas, sedangkan  untuk bayam merah dan juga ocra/Jamia saya tanam pada media polybag. Seperti yang sudah saya sampaikan, ampas teh tadi saya letakkan tepat berada dibawah semua bibit, tanpa ragu!
Hal menarik terjadi ketika hujan/gerimis turun ataupun sebaliknya ketika matahari memancarkan sinarnya dengan riang. Dengan konsep faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan (eksternal), salah satunya yaitu sinar matahari. Jadi, ketika berkas sinar muncul, saya bergegas untuk menjemur benih-benih tadi yang telah pada media masing-masing tepat di atap kandang. Begitu pula ketika wajah sedih langit, alias mendung. Saya bergegas kembali meletakkan benih-benih pada tempatnya semula.
Alhasil, setelah penantiaan panjang selama  940  jam. Upps!! Singkatnya 4 hari. Pada tanggal 14 januari 2013 benih-benih yang tadinya berupa biji mungil, kini telah berubah wujud dengan batang serta daunnya yang mulai keluar dari tidurnya selama berhari-hari alias kecambah:D.
Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk selalu memperhatikan kondisi tanaman, agar selalu cukup sinar serta nutrisinya. Syukurlah, nutrisi tanah terjamin setelah kombinasi dari pupuk dan ampas teh. Terkadang hujan berlarut-larut membuat matahari malu untuk tersenyum. Namun, bukan masalah! Saya bisa mengakalinya dengan senter jarak jauh yang memiliki sinar cukup hangat.
Waktu terus berjalan, semua tanaman mulai meninggi. Bahkan prilakunya sedikit mengundang perhatian. Prilaku tanaman yang batangnya mengarah pada arah sinar datang dan juga tanaman yang tinggi karena berada pada lingkungan gelap. Siapa lagi kalau bukan karena paras wajah mentari. Istilah biologinya adalah etiolasi.
Semua tanaman tak luput dari perlakuan yang sama. Namun apa daya, si jagung canggih (jagung bitek/hybrid) tak kuat dengan cobaan. Hujan yang terlalu deras memenuhi media tanam jagung. Hal ini membuat si jagung muak dengan si air, lenyaplah satu jagung. Tersisa saudaranya yang masih bertahan. Selang beberapa hari kemudian tak ada tanaman jagung yang tersisa. Putus harapan untuk dapat melihat si jagung canggih tumbuh besar dengan buahnya yang berwarna-warni.
Tanpa disangka, Ocra/Jamia dan bayam merah tumbuh kian tinggi dan subur. Ini harapan baru meski yang diharapkan sudah mati. Patut disyukuri serta terus dijaga dan dirawat.
Suatu hari yang malang, giliran si bayam hilang dan hanya meninggalkan batang yang tak berisi daun. Entah kucing atau binatang lainnya yang telah membawa lari tanpa izin dengan pemiliknya. Lagi-lagi Ocra/Jamia menjadi harapan terakhir.
Hingga hari ini Ocra/Jamia tumbuh semakin besar. Tanpa ragu dan tanpa merasa kesepian, ia tetap tumbuh. Tercatat 2 bulan lebih si Ocra tumbuh, melewati cobaan cobaan. Justru ini yang mebuat si Ocra semakin kuat dan dewasa. Seperti halnya kita dalam menjalani hidup yang tak selamanya berjalan lurus, naik turun akan kita alami. Bukan sekedar naik turun, namun itu yang membuat kita semakin dewasa.
Kebahagian tersendiri juga, ketika si Ocra mulai mengeluarkan kuncup barunya, entah itu bunga atau biji nantinya yang akan mekar. Mari kita tunggu kejutan-kejutan dari si Ocra.
Sampai disini dulu ceritanya yah, semogga si Ocra tetap bertahan hingga daunnya semakin rimbun dan batang-batangnya kuat serta tumbuh besar. Tulisan ini juga saya telah post pada blog pribadi saya di http://aryastuidea.blogspot.com . Diikuti beragam tulisan lainnya, yang mungkin menjadi inspirasi untuk memulai menulis.
                                                                                               
Terima kasih,

.
                                                                                               

Jumat, 22 Maret 2013

Cerpen Pertama di tahun 2010


Aku adalah sebuah harapan dalam sebuah penantian
Tapi kusadari Cinta,sebuah harapan kepada orang-orang yang senantiasa menanti
kehadirannya akan selalu diangan-angankan oleh setiap hati
Meski raga kadang tak mampu bertahan menantinya
Hanya ketulusan, keikhlasan dan kesucian yang akan mengundang cinta
Cinta yang tulus dari lubuk hatiku
Bukan dari cakapku semata
Aku

Aryastu Cahya Nugraha




Aku adalah satu dari sekian manusia yang sangat  percaya akan adanya Tuhan. Dan ku-kan senantiasa meyakini bahwa apa yang ada dan telah ada di dunia ini adalah karunia Tuhan yang patut ku jaga, nikmati, dan syukuri, meski kadang kala tak seperti yang kuharapkan.
          Dapat mengenal cinta sungguh hal terindah yang Tuhan berikan, namun menyayangi dan disayangi adalah hal tersulit yang bisa kutemui dalam hidup ini. Aku telah berlabuh dibanyak hati, telah banyak karang kulewati, hingga kapal cinta yang  kandas di tengah jalan. Semakin lama aku mengerti dan memahami apa yang sebenarnya terkandung dalam kata cinta itu.
          Kini usia ku telah beranjak dari 17 dan aku merasa lebih dewasa lagi yaitu 18 tahun. Aku telah memiliki seorang wanita yang begitu baik,  manis, memiliki fisik yang tidak terlalu tinggi dariku dengan kulit yang tidak terlalu putih bagiku, senantiasa ada untukku, dan selalu hadir membahagikanku kapan saja,
          Dia tanpak berbeda dengan wanita lain yang pernah mengisi tempat kosong di relung hatiku yang terdalam. Namanya Bunga, Bunga Permatasari tepatnya yang telah 1 tahun 3 bulan lamanya bersamaku. Aku dan Bunga lulus SMA di Bandung dan melanjutkan kuliah ditempat yang sama juga, yaitu di salah satu Universitas terkenal di kota Bandung.
Bunga selalu bertanya kepada ku, Sayang apakah kamu akan selalu bersamaku dikalau aku sedih maupun duka dan takkan pernah berpaling dariku ???
Kemudian aku menjawab dengan berbisik kepadanya, “I will always love You sayang and never say goodbye!!”
          Meskipun hanya kata-kata itu yang sering kuucapkan ketika Bunga bertanya hal yang sama kepadaku, tetapi Bunga tak pernah mengeluh ataupun bosan dengan kata-kata yang terlalu sering terucap dari bibir manisku. Bahkan Bunga pernah meneteskan air matanya ketika aku berkata separti itu untuk yang kesekian kalinya.
Aku lekas bertanya, “ Untuk  pertama kalinya kumelihat mu menangis Bunga, apa yang sebenarnya kau pikirkan??” Tanyaku sembari memegang tangan dan membelai rambutnya.
“Aku terharu saja dengan kata-kata mu sayangJawab Bunga sambil menghapus air matanya dengan tangannya yang mulus nan bersih. Aku merasa something diferrent dengan Bunga saat itu.
          Sejak kejadian itu, aku sering terpikirkan dengan sikap Bunga yang akhir-akhir ini sangat berbeda denganku, tak seperti biasanya Bunga yang kukenal. Akhirnya,  aku berusaha mengikutinya disetiap kakinya beranjak pergi dari rumah. Disetiap Bunga pergi aku selalu bertanya kemana dia akan pergi dan Ia selalu menjawab dengan tak lain ingin mencari buku-buku baru di toko buku, yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Setelah aku mengikutinya, tak lama kemudian aku melihat Bunga turun dari taxi bersama Ibunya tepat di depan sebuah Rumah Sakit, dia bersama Ibunya menuju ruang dokter  spesialis dalam. Aku tersentak tidak mempercayainya, karena aku fikir Bunga tak pernah bohong sebelumnya denganku. Bahkan sampai aku menelponnya dia tetap mengatakan “ Aku lagi cari buku sayang”.
          Esok hari aku mengajak bunga dinner di sebuah tempat yang bisa dikatakan paling romantis buat Bunga, karena ini baru pertama kali didatangi oleh kami berdua. Tak lama kemudian aku  menanyakan hal yang kemarin kepadanya.
“Kemarin beli buku apa saja sayang ?” Tanyaku, yang sebenarnya aku tahu Bunga tidak ke Toko buku melainkan ke rumah sakit.
          Bunga hanya diam tanpa kata tak mau menjawab pertanyaanku. Tiba-tiba air matanya mengalir di pipi manisnya, Dia menangis dan memegang erat kedua tanganku.
 “Kenapa dengan dirimu sayang ??” Tanyaku sambil mengambilkan tisu dan mengelap air matanya.
“ Aku takut memberitahukan yang sebenarnya terjadi kepadamu sayang “ jawab Bunga sambil menangis tersedu-sedu.
Akhirnya aku memaksa untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun tak lama kemudian bunga mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya yang berisi surat keterangan dari Rumah Sakit.
“ Maaf sayang kemarin aku telah berbohong kepadamu, sebenarnya aku kerumah sakit bersama mamah dan ini hasilnya.” Dengan menundukkan kepala Bunga membuka dan menunjukkan surat tersebut kepadaku.
          Aku tersentak dan kaget setelah membaca isi surat itu yang tidak lain isinya menyatakan bahwa Bunga menderita kanker otak stadium lanjut dan yang artinya hidup Bunga tak lama lagi. Sungguh aku tak dapat dipercaya, karena selama aku bersamanya, tak satupun petanda akan sakit mematikan itu. Ketika itu aku lansung mendekap Bunga dengan sekuat-kuatnya.
“Mungkin aku bukan yang terbaik yang pernah kamu dapatkan sayang, tapi ku-kan berusaha selalu memberikan yang terbaik untukmu sayang.  Ujarku sambil membelai lembut rambutnya.
Sebuah malam yang megharukan bagiku karena aku merasakan si pelangi penghias hatiku tak lama lagi akan pergi dari sisiku untuk selamanya dan kuharus menerima kenyataan pahit ini, bahwa capat atau lambat penyakit itu akan merenggut nyawa kekasihku ini. Besoknya Bunga kembali kerumah sakit untuk mengambil obatnya dan berkonsultasi dengan dokter. Bunga memintaku untuk menemaninya ke dokter, dan setelah berjam-jam aku menunggunya diluar dan tak ikut masuk ke dalam, akhirnya Bunga keluar dengan penuh senyum kepadaku. Sungguh kebohongan besar yang Bunga lakukan denganku, Bunga tahu aku selalu khawatir dengannya tetapi dia bahkan tak terlihat seperti orang sakit pada umumnnya. Dia berusaha selalu menutupi sakit yang dia rasakan dariku.
“Bagaimana sayang tadi dokter bilang apa saja ??” Ujar ku.
“ tidak apa-apa sayang, dokter hanya memberiku banyak obat untuk diminum tiap harinya”,  Jawab Bunga sambil menunjukkan obatnya kepadaku.
          Baru pertama aku melihat obat seperti ini, begitu asing buatku. Tanpa sepengetahuan Bunga aku menanyakan kepada dokter dikeesokkan harinya mengenai obat-obat yang diminum oleh Bunga. Aku termenung mendengar penjelasan dokter yang menerangkan bahawa obat tersebut adalah obat penghambat pertumbuhan sel-sel kanker yang diderita oleh Bunga, akan tetapi tidak dapat menyembuhkan penyakit Bunga.
          Satu bulan kemudian Bunga memutuskan untuk  pindah ke Bogor untuk menghabiskan hari-harinya disana. Aku tetap setia kepadanya dan ikut bersamanya untuk menemeninya disana, demi Bunga kurela meninggalkan kuliahku untuk beberapa bulan di bogor.
Aku tak percaya kamu akan tetap bersamaku Cahya? “ujar Bunga yang seakan tak percaya jika aku ingin ikut bersamanya di Bogor.
Meskipun kita tak akan selamanya bersama, tapi aku berusaha untuk memberikan yang terbaik buat kamu sayang”, Jawabku sambil meyakinkan Bunga.
          Akhirnya aku pun ikut bersama Bunga untuk tinggal di Bogor. Setelah di Bogor aku tak pernah pergi jauh dari Bunga, kemanapun dia pergi aku akan selalu ada disampingnya. Semakin lama aku dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh Bunga, akupun menyaksikan sendiri helai demi helai mahkota Bunga gugur tiap harinya. Akan tetapi ia masih tetap bisa tersenyum untukku.
          Bunga kembali menanyakan hal yang sama seperti dulu kepadaku, “ Cahya, apakah kamu akan selalu bersamaku dikalau aku  sedih maupun duka dan takkan pernah berpaling dariku ???”
          Aku tak pernah merubah jawabanku untuk pertanyaan bunga yang ini, dan selalu menjawab, ”Aku akan selalu mencintaimu, dan takkan pernah meninggalkanmu. Kata-kata inilah yang selalu membuat Bunga terharu dan menangis. Dan saat ini mahkota Bunga telah hilang dan yang ada hanyalah mahkota palsu yang terpasang dikepalanya.
          Suatu saat Bunga bertanya hal yang tak wajar kepadaku, “Mengapa kamu tak mau mencari wanita lain yang masih bisa tuk kau belai rambutnya, dan masih bisa untuk menemanimu lebih lama dariku yang tinggal menghitung hari bersamamu ?”
          Aku begitu terkejut seakan tak percaya Bunga akan berkata seperti itu kepadaku. Tapi aku selalu berusaha tak akan membuat bunga menyesal mengenalku dan aku menjawab, “Takkan pernah ada satupun wanita yang mampu menggantikanmu sayang. “
“apakah kamu yakin sayang ???”, Bunga belum begitu yakin dengan ucapanku.
“Jika kamu percaya denganku, aku tak akan mengecewakanmu Bunga.” Jawabku sambil mengkecup heningnya.
 “syukurlah.” Hanya itu yang Bunga ucapkan.
          Semakin dekat Bunga dengan ajalnya, aku merasa cintaku kepada Bunga semakin kuat begitu pula cinta Bunga kepadaku. Hingga suatu hari aku dan Bunga bermain di tepi danau nan indah, disana aku berfoto-foto bersama Bunga. Hampir setiap hari aku dan Bunga selalu pergi kesana.
          Suatu ketika aku janjian akan bertemu di tepi danau bersama Bunga untuk menunjukkan hasil fotoku dengannya. Setelah aku datang ternyata aku telat, Bunga telah terlebih dahulu menungguku dipinggir danau. Aku menghampirinya, “Sayang maaf aku buat kamu lama menunggu.“ Sambil kupeluk tubuhnya dari belakang.
          Saat itu pula wanita yang kukira itu Bunga ternyata bukan Bunga, untung saja wanita itu tak marah kepada. Aku lalu minta maaf dengan wanita yang sangat mirip dengan bunga menurutku. Saat itu bersamaan pula aku melihat kebelakang terlihat Bunga dari kejauhan yang telah lama disana dan pasti melihat ketika aku memeluk wanita yang kukira Bunga itu. Bunga lari meninggalkanku, aku mengejarnya dan tak lama kemudian bunga terjatuh pinsan. Aku bergegas membawanya pulang, setelah di rumah Bunga aku menghubungi dokter. Syukurlah Bunga hanya kelelahan saja.
Tak lama kemudian Bunga sadar dan aku lansung menanyakan keadaannya, ”Kamu tak apa-apakan sayang, semua salahku jika saja aku tidak seperti tadi.”
“Bukan salahmu sayang, jadi wajar kamu seperti itu”. Jawab Bunga.
“Maaf sayang apa yang kamu lihat tadi hanya salah paham, aku mengira wanita tadi itu adalah kamu Bunga, aku minta maaf.” Aku mengelus tangan Bunga sambil minta maaf berkali-kali kepadanya.
“Iaa aku sudah memaafkanmu, jangan dibahas lagi yah sayang aku tak marah kepadamu.” Jawab Bunga sambil tersenyum kepadaku. Untunglah Bunga tak marah padaku, dan aku merasa kondisi Bunga semakin hari semakin lemah. Aku takut sebentar lagi Bunga kan meninggalkan ku.
          Keesokan harinya aku pergi ke danau tanpa mengajak Bunga, karena aku hanya ingin bertemu dengan wanita yang hampir mirip dengan Bunga itu. Aku begitu penasaran dengan wanita itu, setelah bertemu wanita itu menyapaku. Dengan tiba-tiba dia meminta maaf  kepadaku. Dia merasa bersalah karena mengira, dialah yang menyebabkan Bunga pinsan. Akupun menjelaskan semuanya dengan Melati, wanita yang hampir mirip dengan Bunga kekasihku itu.
          Aku banyak cerita tentang Bunga kepadanya, melati hampir tak percaya masih bisa menemukan pasangan kekasih seperti kami. Di tengah Bunga akan menghadapi ajalnya, aku selalu disampingnya. Akupun berniat mengenalkan Melati kepada Bunga, sekalian memberikan surprise kepada Bunga karena besok adalah hari ulang tahunnya.
          Kami bertiga janjian akan bertemu di pinggir danau itu, aku dan Bunga datang berdua menuju danau dengan mata bunga yang kututupi dengan sehelai kain. Tampak dari jauh aku melihat Melati menyiapkan makanan dan tempat yang begitu romantis dengan lilin-lilin kecil sebanyak 19 buah yang menandakan umur Bunga sekarang yang sesuai rencana bahwa hari ini bertepatan dengan ulang tahun Bunga yang ke-19 tahun, setelah ku lepas ikatan di mata Bunga. Bunga begitu terkejut dan sangat bahagia sekali, tampak dari mata Bunga yang berkaca-kaca karena kelewat bahagia.
“Terima kasih sayang kamu masih ingat dengan ulang tahunku”, Ucap Bunga seakan tak percaya.
“Sama-sama sayang, ini juga karena Melati yang ku minta tolong untuk membuatkan kejutan seperti ini spesial dihari ulang tahunmu, kenalan dulu sayang.” Jawabku sambil megenalkan Melati dengan Bunga.
          Setelah mereka berkenalan, kami menyantap makanan yang telah disiapkan oleh Melati. Syukurlah mereka cepat akrab dan Bunga telah memiliki teman baru di sini, serasa adik dan kakak. Aku melihat Bunga berbisik sesuatu hal kepada Melati, aku tak tahu apa yang mereka bicarakan, mungkin karena makanannya sangat enak. Suasana semakin hangat, begitu kehangatan yang kami rasakan.
Bunga mengucapkan sesuatu dari bibir manisnya kepadaku,”I love you sayang .“Itu yang Bunga ucapkan.
Akupun membalas dengan “I love you too sayang”.
          Melati tersenyum melihat kami berdua yang masih sempat mengucapkan kata-kata cinta disaat makan. Tiba-tiba Bunga terjatuh pinsan, aku bersama Melati membawanya  ke rumah sakit terdekat. Kali ini aku tak percaya karena Bunga kekasihku meninggalkanku untuk selamanya. Aku terjatuh dan berteriak tanpa peduli orang sekitar yang berada di rumah sakit.
”Tuhan mengapa Engkau mengambil kekasihku begitu cepat, aku baru saja merasakan kehangatan cintaku dengannya disaat-saat menemainya menghadapi cobaan yang Engkau berikan”. Teriakku sambil memeluk jasat Bunga yang telah terbujur kaku.
“Sabar Cahya, mungkin Tuhan punya rencana lain karena kamu tahu sendiri Bunga sangat lama menderita dengan kanker yang dideritanya. ”Ujar Melati sambil menenengkanku.
          Kini dihadapnku, kekasihku yang aku sangat cinta telah terbujur kaku karena penyakit kanker yang mematikan itu. Tak lama keluarga Bunga berdatangan, suasana semakin begitu haru karena hidup Bunga yang terlalu singkat direnggut dengan kanker otak yang sudah tak bisa lagi disembuhkan.
          Esok harinya, aku mengantarkan Bunga ke peristirahatan terakhirnya bersama Melati teman sesaat yang baru dikenal Bunga sebelum menghembuskan nafas terakhirnya serta keluarga, rekan-rekan Bunga yang banyak berdatangan dari Bandung. Mereka juga turut mengucapkan bela sungkawa kepadaku, kekasih Bunga yang sudah hampir setahun menemani Bunga.
          Semua pergi mengantarkan Bunga diperistirahtan terakhirnya dengan masih diselimuti duka, aku berada di paling depan dengan membawa foto Bunga bersama Melati yang memayungiku. Di sepanjang jalan menuju peristirahatan terakhir Bunga, Melati menceritakan apa yang Bunga telah ucapkan saat di danau untuk yang terakhir. Melati memberitahuku bahwa Bunga beruntung memiliki kekasih sepertiku, yang sangat baik dan rela berkorban untuknya, namun Bunga juga memberi amanat kepada Melati untuk menjagaku dan menggantikannya ketika tiba saatnya dipanggil Yang Kuasa.
          Setelah mendengar apa yang disampaikan Melati, aku menjadi sangat tak rela kehilangan Bunga, kucoba untuk ikhlas dan merelakannya pergi dengan bahagia. Sesaat jenazah Bunga telah masuk ke liang lahat, air mataku berjatuhan dan tak lupa aku berkata “I will always love you and never say goodbye Bunga”. Kata-kata terakhir itu yang akan mengiringi kepergian Bunga dan semoga doa dari kami semua akan membawa Bunga berada di sisi Yang Kuasa.
“Selamat jalan Bunga Permatasari, kamu kan selalu di hatiku semoga amal dan ibadah yang kau perbuat diterima Yang Kuasa”. Ujarku sambil menaburkan bunga di atas makam Bunga.
          Setelah kepergian Bunga, aku pindah dan menetap di Bogor serta melanjutkan kuliah disini. Jika ada waktu luang, aku usahakan pergi kemakam Bunga bersama Melati. Aku juga sering bertemu dan curhat bersama melati di danau tempat terkhir Bunga sebelum menutup matanya.
          Inilah isi hatiku untuk bunga yang selalu ku ceritakan kepada Melati yang kini ku anggap sebagai sahabat, meskipun kutahu Melati menaruh hati kepadaku. Tapi cinta Bunga masih menutup kehadiran cinta yang lain meskipun wanita itu hampir serupa dengan Bunga secara fisik.


Kini di ujung harapan menuai sebuah cinta
Tak sadar lambaian kasihmu melekat dalam hatiku
Aku bukanlah seorang yang munafik
Melainkan sebuah kesucian hati
Tak tertorehkan penderitaan
Tak tertorehkan pula keburukan

Hanya mendaur cinta
Dalam sebuah hati penuh harapan
Dengan sejuta benih kasih sayang
Yeng tercipta di ujung harapan bersamamu. . .


       Cat: Ini adalah salah satu cerpen pertama saya saat masih belajar untuk menuangkan yang ada di dalam pikiran saya dalam sebuah cerpen sederhana demi memenuhi tugas Bahasa Indonesia saya. Al hasil cerpen ini terpilih sebagai cerpen dengan nilai tertinggi, yang pada saat itu juga terdapat beberapa cerpen lainnya yang tak kalah menarik dengan cerpen saya ini. Benar, untuk memulai butuh keberanian dan tetap semangat, karena dalam awal menulis banyak hal-hal yang harus diperhatikan. Mulai dari gaya bahasa, alur, dan masih banyak lagi (unsur-unsur cerpen). Yang tak kalah penting adalah rajin menotnton film bernuansa cinta dan tentunya novel serta buku lainnya yang mengugah inpirasi juga ide-ide kita untuk terus tumbuh dan berkembang.