Aku adalah sebuah harapan dalam sebuah
penantian
Tapi kusadari
Cinta,sebuah harapan kepada orang-orang yang senantiasa menanti
kehadirannya akan selalu
diangan-angankan oleh setiap hati
Meski raga kadang tak mampu
bertahan menantinya
Hanya ketulusan, keikhlasan dan
kesucian yang akan mengundang cinta
Cinta yang tulus dari lubuk hatiku
Bukan dari cakapku semata
Aku
Aryastu Cahya Nugraha
Aku adalah satu dari
sekian manusia yang sangat percaya akan
adanya Tuhan. Dan ku-kan senantiasa meyakini bahwa apa yang
ada dan telah ada di dunia ini adalah karunia Tuhan yang patut ku jaga,
nikmati, dan syukuri, meski kadang kala tak seperti yang
kuharapkan.
Dapat
mengenal cinta sungguh hal terindah yang Tuhan berikan,
namun menyayangi dan disayangi adalah hal tersulit yang bisa kutemui dalam
hidup ini. Aku telah berlabuh dibanyak hati, telah banyak karang kulewati, hingga
kapal cinta yang kandas di tengah jalan. Semakin
lama aku mengerti dan memahami apa yang sebenarnya terkandung dalam
kata cinta itu.
Kini
usia ku telah beranjak dari 17 dan aku merasa
lebih dewasa lagi yaitu 18 tahun. Aku telah memiliki seorang wanita yang begitu baik, manis, memiliki fisik yang
tidak terlalu tinggi dariku dengan kulit yang tidak terlalu putih bagiku,
senantiasa ada untukku, dan selalu hadir membahagikanku kapan
saja,
Dia tanpak berbeda
dengan wanita lain yang pernah mengisi tempat kosong di relung hatiku yang
terdalam. Namanya Bunga, Bunga Permatasari
tepatnya yang telah 1 tahun 3 bulan lamanya bersamaku. Aku dan
Bunga lulus SMA di Bandung dan melanjutkan kuliah ditempat yang sama juga,
yaitu di salah satu Universitas terkenal di kota Bandung.
Bunga selalu bertanya kepada ku, “
Sayang apakah kamu akan selalu bersamaku dikalau aku sedih maupun
duka dan takkan pernah berpaling dariku ???”
Kemudian aku menjawab dengan berbisik
kepadanya, “I
will always love You sayang and never say goodbye!!”
Meskipun hanya kata-kata itu yang sering
kuucapkan ketika Bunga bertanya hal yang sama kepadaku, tetapi
Bunga tak
pernah mengeluh ataupun bosan dengan kata-kata yang terlalu sering terucap dari
bibir manisku. Bahkan Bunga pernah meneteskan air matanya ketika aku berkata
separti itu untuk yang kesekian kalinya.
Aku lekas bertanya,
“ Untuk pertama kalinya kumelihat mu
menangis Bunga, apa yang sebenarnya kau pikirkan??”
Tanyaku sembari memegang tangan dan membelai rambutnya.
“Aku terharu saja dengan kata-kata mu sayang”
Jawab
Bunga sambil menghapus air matanya dengan tangannya yang mulus nan bersih. Aku
merasa something diferrent dengan
Bunga saat itu.
Sejak
kejadian itu, aku sering terpikirkan
dengan sikap Bunga yang akhir-akhir ini sangat berbeda
denganku, tak
seperti biasanya Bunga yang kukenal. Akhirnya,
aku berusaha mengikutinya disetiap kakinya beranjak pergi dari rumah.
Disetiap Bunga pergi aku selalu bertanya kemana dia akan pergi dan Ia selalu
menjawab dengan tak lain ingin mencari buku-buku baru di toko buku, yang
jaraknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Setelah aku mengikutinya, tak lama
kemudian aku melihat Bunga turun dari taxi bersama Ibunya tepat di depan sebuah
Rumah Sakit, dia bersama Ibunya menuju ruang dokter spesialis dalam. Aku tersentak tidak
mempercayainya, karena aku fikir Bunga tak pernah bohong sebelumnya denganku.
Bahkan sampai aku menelponnya dia tetap mengatakan “ Aku lagi cari buku
sayang”.
Esok
hari aku mengajak bunga dinner di
sebuah tempat yang bisa dikatakan paling romantis
buat Bunga, karena
ini baru pertama kali didatangi oleh kami berdua. Tak lama kemudian aku menanyakan hal yang kemarin kepadanya.
“Kemarin beli buku apa saja sayang
?” Tanyaku,
yang sebenarnya aku tahu Bunga tidak ke Toko buku melainkan ke rumah sakit.
Bunga hanya diam
tanpa kata tak mau menjawab pertanyaanku. Tiba-tiba air
matanya mengalir di pipi manisnya, Dia
menangis dan memegang erat kedua tanganku.
“Kenapa dengan dirimu sayang ??”
Tanyaku sambil mengambilkan tisu dan mengelap air matanya.
“ Aku takut memberitahukan yang
sebenarnya terjadi kepadamu sayang “ jawab Bunga sambil
menangis tersedu-sedu.”
Akhirnya aku memaksa
untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun tak lama kemudian bunga
mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya yang berisi surat keterangan dari Rumah
Sakit.
“ Maaf sayang
kemarin aku telah berbohong kepadamu, sebenarnya aku kerumah sakit bersama mamah dan
ini hasilnya.” Dengan menundukkan kepala Bunga membuka dan menunjukkan surat
tersebut kepadaku.
Aku
tersentak dan kaget setelah membaca isi surat itu yang tidak lain isinya
menyatakan bahwa Bunga menderita kanker otak stadium lanjut dan yang artinya
hidup Bunga tak lama lagi. Sungguh aku tak dapat dipercaya, karena selama aku
bersamanya, tak satupun petanda akan sakit mematikan itu. Ketika itu aku
lansung mendekap Bunga dengan sekuat-kuatnya.
“Mungkin
aku bukan yang terbaik yang pernah kamu dapatkan sayang,
tapi ku-kan berusaha selalu memberikan yang terbaik untukmu sayang.” Ujarku sambil membelai lembut rambutnya.
Sebuah malam yang
megharukan bagiku karena aku merasakan si pelangi penghias hatiku tak lama lagi
akan pergi dari sisiku untuk selamanya dan kuharus menerima kenyataan pahit
ini, bahwa capat atau lambat penyakit itu akan merenggut nyawa kekasihku ini.
Besoknya Bunga kembali kerumah sakit untuk mengambil obatnya dan berkonsultasi
dengan dokter. Bunga memintaku untuk menemaninya ke dokter,
dan setelah berjam-jam aku menunggunya diluar dan tak
ikut masuk ke dalam, akhirnya Bunga keluar dengan penuh
senyum kepadaku. Sungguh kebohongan besar yang Bunga
lakukan denganku, Bunga tahu aku selalu khawatir dengannya tetapi
dia bahkan tak terlihat seperti orang sakit pada umumnnya. Dia berusaha selalu
menutupi sakit yang dia rasakan dariku.
“Bagaimana sayang tadi dokter bilang
apa saja ??”
Ujar ku.
“ tidak apa-apa sayang, dokter hanya
memberiku banyak obat untuk diminum tiap harinya”, Jawab Bunga sambil menunjukkan obatnya
kepadaku.
Baru
pertama aku melihat obat seperti ini, begitu asing buatku. Tanpa sepengetahuan
Bunga aku menanyakan
kepada dokter dikeesokkan harinya mengenai obat-obat
yang diminum oleh Bunga. Aku termenung mendengar penjelasan dokter yang
menerangkan bahawa obat tersebut adalah obat penghambat pertumbuhan sel-sel
kanker yang diderita oleh Bunga, akan tetapi tidak dapat menyembuhkan penyakit
Bunga.
Satu
bulan kemudian Bunga memutuskan untuk
pindah ke Bogor untuk menghabiskan hari-harinya
disana. Aku tetap setia kepadanya dan ikut bersamanya untuk menemeninya disana,
demi
Bunga kurela meninggalkan kuliahku untuk beberapa bulan di bogor.
“ Aku
tak percaya kamu akan tetap bersamaku Cahya? “ujar Bunga yang
seakan tak percaya jika aku ingin ikut bersamanya di Bogor.
“Meskipun kita tak akan
selamanya bersama, tapi aku berusaha untuk memberikan yang terbaik buat kamu
sayang”,
Jawabku
sambil meyakinkan Bunga.
Akhirnya
aku pun ikut bersama Bunga untuk tinggal di Bogor. Setelah di Bogor aku tak
pernah pergi jauh dari Bunga, kemanapun dia pergi aku akan selalu ada
disampingnya. Semakin
lama aku dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh Bunga, akupun menyaksikan
sendiri helai demi helai mahkota Bunga gugur
tiap harinya. Akan tetapi ia masih tetap bisa tersenyum untukku.
Bunga kembali menanyakan hal yang sama
seperti dulu kepadaku, “ Cahya, apakah kamu akan selalu bersamaku dikalau
aku sedih maupun duka dan takkan pernah
berpaling dariku ???”
Aku tak pernah merubah jawabanku untuk
pertanyaan bunga yang ini, dan selalu
menjawab,
”Aku
akan selalu
mencintaimu, dan takkan pernah meninggalkanmu.” Kata-kata
inilah yang selalu membuat Bunga terharu dan menangis. Dan
saat ini mahkota Bunga telah hilang dan yang ada hanyalah mahkota
palsu yang terpasang dikepalanya.
Suatu saat Bunga bertanya hal yang tak
wajar kepadaku, “Mengapa
kamu tak mau mencari wanita lain yang masih bisa tuk kau belai rambutnya, dan
masih bisa untuk menemanimu lebih lama dariku yang tinggal menghitung hari
bersamamu ?”
Aku begitu terkejut seakan tak percaya
Bunga akan berkata seperti itu kepadaku. Tapi aku selalu berusaha tak akan
membuat bunga menyesal mengenalku dan aku menjawab, “Takkan pernah ada satupun
wanita yang mampu
menggantikanmu sayang. “
“apakah kamu yakin
sayang ???”, Bunga belum begitu yakin dengan
ucapanku.
“Jika kamu percaya
denganku, aku tak akan mengecewakanmu Bunga.” Jawabku sambil mengkecup
heningnya.
“syukurlah.” Hanya itu yang Bunga ucapkan.
Semakin dekat Bunga dengan ajalnya,
aku merasa cintaku kepada Bunga semakin kuat begitu pula cinta Bunga kepadaku. Hingga suatu hari aku dan Bunga bermain di tepi danau nan indah, disana aku berfoto-foto bersama Bunga. Hampir setiap hari aku dan Bunga selalu pergi kesana.
Suatu ketika aku janjian akan bertemu
di tepi danau bersama Bunga untuk menunjukkan hasil fotoku dengannya. Setelah
aku datang ternyata aku telat, Bunga telah terlebih dahulu menungguku dipinggir
danau. Aku menghampirinya, “Sayang maaf aku buat kamu lama menunggu.“ Sambil
kupeluk tubuhnya dari belakang.
Saat itu pula wanita yang kukira itu
Bunga ternyata bukan Bunga, untung saja wanita itu tak marah kepada. Aku lalu
minta maaf dengan wanita yang sangat mirip dengan bunga menurutku. Saat itu
bersamaan pula aku melihat kebelakang terlihat Bunga dari kejauhan yang telah
lama disana dan pasti melihat ketika aku memeluk wanita yang kukira Bunga itu.
Bunga lari meninggalkanku, aku mengejarnya dan tak lama kemudian bunga terjatuh
pinsan. Aku bergegas membawanya pulang, setelah di rumah Bunga aku menghubungi dokter. Syukurlah Bunga hanya kelelahan saja.
Tak lama kemudian
Bunga sadar dan aku lansung menanyakan keadaannya, ”Kamu tak apa-apakan sayang,
semua salahku jika saja aku tidak seperti tadi.”
“Bukan salahmu
sayang, jadi wajar kamu seperti itu”. Jawab Bunga.
“Maaf sayang apa
yang kamu lihat tadi hanya salah paham, aku mengira wanita tadi itu adalah kamu
Bunga, aku minta maaf.” Aku mengelus tangan Bunga sambil minta maaf berkali-kali
kepadanya.
“Iaa aku sudah memaafkanmu, jangan dibahas lagi yah sayang aku tak marah kepadamu.” Jawab
Bunga sambil tersenyum kepadaku. Untunglah Bunga tak marah padaku, dan aku
merasa kondisi Bunga semakin hari semakin lemah. Aku takut sebentar lagi Bunga
kan meninggalkan ku.
Keesokan harinya aku pergi ke danau
tanpa mengajak Bunga, karena aku hanya ingin bertemu dengan wanita yang hampir
mirip dengan Bunga itu. Aku begitu penasaran dengan wanita itu, setelah bertemu
wanita itu menyapaku.
Dengan tiba-tiba dia meminta maaf kepadaku. Dia merasa bersalah karena mengira, dialah yang menyebabkan Bunga pinsan. Akupun
menjelaskan semuanya dengan Melati, wanita yang hampir mirip dengan Bunga
kekasihku itu.
Aku banyak cerita tentang Bunga
kepadanya, melati hampir tak percaya masih bisa menemukan pasangan kekasih
seperti kami. Di tengah Bunga akan menghadapi ajalnya, aku selalu disampingnya.
Akupun berniat mengenalkan Melati kepada Bunga, sekalian memberikan surprise kepada Bunga karena besok
adalah hari ulang tahunnya.
Kami bertiga janjian akan bertemu di
pinggir danau itu, aku dan Bunga datang berdua menuju danau dengan mata bunga
yang kututupi dengan sehelai kain. Tampak dari jauh aku melihat Melati menyiapkan makanan dan tempat yang begitu romantis dengan lilin-lilin
kecil sebanyak 19 buah yang menandakan umur Bunga sekarang yang sesuai rencana bahwa hari
ini bertepatan dengan ulang tahun Bunga yang ke-19 tahun, setelah ku lepas ikatan di mata
Bunga. Bunga begitu terkejut dan sangat bahagia sekali, tampak dari mata Bunga
yang berkaca-kaca
karena kelewat bahagia.
“Terima kasih
sayang kamu masih ingat dengan ulang tahunku”, Ucap Bunga seakan tak percaya.
“Sama-sama sayang,
ini juga karena Melati yang ku minta tolong untuk membuatkan kejutan seperti ini spesial dihari ulang tahunmu, kenalan dulu sayang.” Jawabku sambil megenalkan Melati dengan Bunga.
Setelah mereka berkenalan, kami
menyantap makanan yang telah disiapkan oleh Melati. Syukurlah mereka cepat
akrab dan Bunga telah memiliki teman baru di sini, serasa adik dan kakak. Aku
melihat Bunga berbisik sesuatu hal kepada Melati, aku tak tahu apa yang mereka
bicarakan, mungkin karena makanannya sangat enak. Suasana semakin hangat,
begitu kehangatan yang kami rasakan.
Bunga mengucapkan
sesuatu dari bibir manisnya kepadaku,”I love you sayang .“Itu yang Bunga
ucapkan.
Akupun membalas
dengan “I love you too sayang”.
Melati tersenyum melihat kami berdua
yang masih sempat mengucapkan kata-kata cinta disaat makan. Tiba-tiba Bunga
terjatuh pinsan, aku bersama Melati membawanya
ke rumah sakit terdekat. Kali ini aku tak percaya karena Bunga kekasihku
meninggalkanku untuk selamanya. Aku terjatuh dan berteriak tanpa peduli orang sekitar yang berada di rumah sakit.
”Tuhan mengapa
Engkau mengambil kekasihku begitu cepat, aku baru saja merasakan kehangatan
cintaku dengannya disaat-saat menemainya menghadapi cobaan yang Engkau
berikan”. Teriakku sambil memeluk jasat Bunga yang telah terbujur kaku.
“Sabar Cahya, mungkin Tuhan punya rencana lain karena kamu tahu sendiri Bunga
sangat lama menderita dengan kanker yang dideritanya. ”Ujar Melati sambil
menenengkanku.
Kini dihadapnku, kekasihku yang aku sangat cinta telah terbujur kaku karena penyakit kanker yang
mematikan itu. Tak lama keluarga Bunga berdatangan, suasana semakin begitu haru karena hidup Bunga yang terlalu singkat direnggut
dengan kanker otak yang sudah tak bisa lagi disembuhkan.
Esok harinya, aku mengantarkan Bunga ke peristirahatan
terakhirnya bersama Melati teman sesaat yang baru dikenal Bunga
sebelum menghembuskan nafas terakhirnya serta keluarga, rekan-rekan Bunga yang
banyak berdatangan dari Bandung. Mereka juga turut mengucapkan bela sungkawa
kepadaku, kekasih Bunga yang sudah hampir setahun menemani Bunga.
Semua pergi mengantarkan Bunga
diperistirahtan terakhirnya dengan masih diselimuti duka, aku berada di paling depan dengan membawa foto Bunga bersama Melati yang
memayungiku. Di sepanjang jalan menuju peristirahatan terakhir Bunga, Melati
menceritakan apa yang Bunga telah ucapkan saat di
danau untuk yang terakhir. Melati memberitahuku bahwa Bunga beruntung memiliki
kekasih sepertiku, yang sangat baik dan rela berkorban untuknya, namun Bunga
juga memberi amanat kepada Melati untuk menjagaku dan menggantikannya ketika
tiba saatnya dipanggil Yang Kuasa.
Setelah mendengar apa yang disampaikan Melati, aku menjadi sangat tak rela kehilangan Bunga, kucoba untuk ikhlas dan
merelakannya pergi dengan bahagia. Sesaat jenazah Bunga telah masuk ke liang
lahat, air mataku berjatuhan dan tak lupa aku berkata “I will always love you
and never say goodbye Bunga”. Kata-kata terakhir itu yang akan mengiringi
kepergian Bunga dan semoga doa dari kami semua akan membawa Bunga berada di
sisi Yang Kuasa.
“Selamat jalan
Bunga Permatasari, kamu kan selalu di hatiku semoga amal dan ibadah yang kau
perbuat diterima Yang Kuasa”. Ujarku sambil menaburkan bunga di atas makam
Bunga.
Setelah kepergian Bunga, aku pindah
dan menetap di Bogor serta melanjutkan kuliah disini. Jika ada waktu luang, aku
usahakan pergi kemakam Bunga bersama Melati. Aku juga sering bertemu dan curhat
bersama melati di danau tempat terkhir Bunga sebelum menutup matanya.
Inilah isi hatiku untuk bunga yang
selalu ku ceritakan kepada Melati yang kini ku anggap sebagai sahabat, meskipun
kutahu Melati menaruh hati kepadaku. Tapi cinta Bunga masih menutup kehadiran
cinta yang lain meskipun wanita itu hampir serupa dengan Bunga secara fisik.
Kini di ujung
harapan menuai sebuah cinta
Tak sadar lambaian
kasihmu melekat dalam hatiku
Aku bukanlah
seorang yang munafik
Melainkan sebuah
kesucian hati
Tak tertorehkan
penderitaan
Tak tertorehkan
pula keburukan
Hanya mendaur
cinta
Dalam sebuah hati
penuh harapan
Dengan sejuta
benih kasih sayang
Yeng tercipta di ujung
harapan bersamamu. . .
Cat: Ini adalah salah satu cerpen pertama saya saat masih belajar untuk
menuangkan yang ada di dalam pikiran saya dalam sebuah cerpen sederhana demi
memenuhi tugas Bahasa Indonesia saya. Al hasil cerpen ini terpilih sebagai
cerpen dengan nilai tertinggi, yang pada saat itu juga terdapat beberapa cerpen
lainnya yang tak kalah menarik dengan cerpen saya ini. Benar, untuk memulai
butuh keberanian dan tetap semangat, karena dalam awal menulis banyak hal-hal
yang harus diperhatikan. Mulai dari gaya bahasa, alur, dan masih banyak lagi
(unsur-unsur cerpen). Yang tak kalah penting adalah rajin menotnton film
bernuansa cinta dan tentunya novel serta buku lainnya yang mengugah inpirasi
juga ide-ide kita untuk terus tumbuh dan berkembang.