Menanti Bitek Muncul Ocra/Jamia
Hai, para pecinta lingkungan dimanapun
anda berada. Sungguh senang bisa berbagi pengalaman berkebun kali ini.
Sekedar info, tulisan ini adalah yang kedua kalinya. Why? Setelah musibah yang saya alami, yaitu laptop tempat
penyimpanan semua data-data tulisan saya lenyap setelah terjatuh dan
mengharuskan untuk di format. Cukup
berat, tulisan pertama yang berjudul “ Berkebun di Kandang Roxy” hampir mulai
rampung. Cobaan juga datang ketika peristiwa 221 lalu. Namun, semangat untuk
menulis dan bercerita tak bisa dibendung. Hari ini, Jum’at tanggal 29 maret
2013 tepat pukul 09:43 Wita, dengan suasana sunyi sepi di sekolah mendobrak
kemauan saya untuk menulis lagi. Saya persembahkan sebuah tulisan yang diadopsi dari cerita sebelumnya berjudul “ Menanti Bitek Muncul
Ocra/Jamia” untuk
teman-teman pecinta lingkungan.
Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian
dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan
Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16
orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda
menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Untuk saat ini, seiring dengan
perkembangan teknologi telah banyak bermunculkan temuan-temuan jagung baru
hasil dari persilangan ataupun pemanfaatan dibidang bioteknologi lainnya.
Beberapa daerah di Indonesia,
lebih menggunakan jagung ketimbang beras sebagai kebutuhan pokok sehari-hari,
selain murah, jagung juga memiliki struktur gula yang lebih baik daripada beras.
Khususnya di kec. Utan kab. Sumbawa Besar, para petani padi beralih profesi
sebagai petani jagung. Bahkan membuka lapak-lapak jagung di sepanjang jalan
Utan-Rhee, selain ramai pengungjung rasa jagungnya pun juga begitu nikmat dan
hangat sembari istirahat saat perjalan panjang yang melelahkan. Hal inilah yang
membuat saya tertarik untuk menanam jagung, serta melihat tahap demi tahap
proses pertumbuhannya hingga menghasilkan buah dengan kualitas no.1.
Januari
10, 2013
Dengan bahan yang
telah diberikan yaitu 2 bibit jagung, 6 bibit bayam, dan 3 bibit ocra/jamia serta 2 buah polybag. Tak
luput juga dari botol-botol bekas yang saya jadikan pengganti polybag sebagai
media pembenihan. Satu tambahan lagi yang mungkin orang lain belum atau jarang
menggunakannya, sebut saja ampas teh celup. Kedengarannya lucu, tapi bahan ini
akan saya kombinasikan dengan bekas tanah pupuk yang sudah bertahun-tahun tidak
dipakai.
Setelah persiapan matang, proses
penanaman dimulai. Tidak lupa juga untuk mengikuti rule yang ditentukan sebagai acuan menanam bibit. Untuk bibit
jagung saya tanam keduanya pada media botol bekas, sedangkan untuk bayam merah dan juga ocra/Jamia saya
tanam pada media polybag. Seperti
yang sudah saya sampaikan, ampas teh tadi saya letakkan tepat berada dibawah
semua bibit, tanpa ragu!
Hal menarik terjadi ketika
hujan/gerimis turun ataupun sebaliknya ketika matahari memancarkan sinarnya
dengan riang. Dengan konsep faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
(eksternal), salah satunya yaitu sinar matahari. Jadi, ketika berkas sinar
muncul, saya bergegas untuk menjemur benih-benih tadi yang telah pada media
masing-masing tepat di atap kandang. Begitu pula ketika wajah sedih langit,
alias mendung. Saya bergegas kembali meletakkan benih-benih pada tempatnya
semula.
Alhasil, setelah penantiaan panjang
selama 940 jam. Upps!! Singkatnya 4 hari. Pada tanggal 14
januari 2013 benih-benih yang tadinya berupa biji mungil, kini telah berubah
wujud dengan batang serta daunnya yang mulai keluar dari tidurnya selama
berhari-hari alias kecambah:D.
Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan
untuk selalu memperhatikan kondisi tanaman, agar selalu cukup sinar serta
nutrisinya. Syukurlah, nutrisi tanah terjamin setelah kombinasi dari pupuk dan
ampas teh. Terkadang hujan berlarut-larut membuat matahari malu untuk
tersenyum. Namun, bukan masalah! Saya bisa mengakalinya dengan senter jarak
jauh yang memiliki sinar cukup hangat.
Waktu terus berjalan, semua tanaman
mulai meninggi. Bahkan prilakunya sedikit mengundang perhatian. Prilaku tanaman
yang batangnya mengarah pada arah sinar datang dan juga tanaman yang tinggi
karena berada pada lingkungan gelap. Siapa lagi kalau bukan karena paras wajah
mentari. Istilah biologinya adalah etiolasi.
Semua tanaman tak luput dari
perlakuan yang sama. Namun apa daya, si jagung canggih (jagung bitek/hybrid)
tak kuat dengan cobaan. Hujan yang terlalu deras memenuhi media tanam jagung.
Hal ini membuat si jagung muak dengan si air, lenyaplah satu jagung. Tersisa saudaranya
yang masih bertahan. Selang beberapa hari kemudian tak ada tanaman jagung yang
tersisa. Putus harapan untuk dapat melihat si jagung canggih tumbuh besar
dengan buahnya yang berwarna-warni.
Tanpa disangka, Ocra/Jamia dan bayam
merah tumbuh kian tinggi dan subur. Ini harapan baru meski yang diharapkan
sudah mati. Patut disyukuri serta terus dijaga dan dirawat.
Suatu hari yang malang, giliran si
bayam hilang dan hanya meninggalkan batang yang tak berisi daun. Entah kucing
atau binatang lainnya yang telah membawa lari tanpa izin dengan pemiliknya.
Lagi-lagi Ocra/Jamia menjadi harapan terakhir.
Hingga hari ini Ocra/Jamia tumbuh
semakin besar. Tanpa ragu dan tanpa merasa kesepian, ia tetap tumbuh. Tercatat
2 bulan lebih si Ocra tumbuh, melewati cobaan cobaan. Justru ini yang mebuat si
Ocra semakin kuat dan dewasa. Seperti halnya kita dalam menjalani hidup yang
tak selamanya berjalan lurus, naik turun akan kita alami. Bukan sekedar naik
turun, namun itu yang membuat kita semakin dewasa.
Kebahagian tersendiri juga, ketika si
Ocra mulai mengeluarkan kuncup barunya, entah itu bunga atau biji nantinya yang
akan mekar. Mari kita tunggu kejutan-kejutan dari si Ocra.
Sampai disini dulu ceritanya yah,
semogga si Ocra tetap bertahan hingga daunnya semakin rimbun dan
batang-batangnya kuat serta tumbuh besar. Tulisan ini juga saya telah post pada blog pribadi saya di http://aryastuidea.blogspot.com .
Diikuti beragam tulisan lainnya, yang mungkin menjadi inspirasi untuk memulai
menulis.
Terima kasih,
.